Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun atau pada Tahun 1568M.  Dua tahun kemudian Fatahillah menyusul. Keduanya dimakamkam secara berdampingan dan tidak diperantarai apapun. Ini menjadi bukti bahwa kedua tokoh tersebut memanglah beda.
Pada masa pemerintahan Sultan ke-VI Pangeran Karim (Panembahan Girilaya), Mataram yang sudah pro-VOC (Sunan Amangkurat I) mengundang menantunya itu untuk datang ke Mataram. Bersama istri dan kedua anaknya -kecuali Pangeran Wangsakerta- hadir ke Mataram. Karena kecurigaan Mataram, keempatnya ditahan untuk tidak kembali ke Cirebon. Panembahan Girilaya meninggal dan dimakamkan di Bukit Wonogiri (1667M), sedang kedua putranya pulang ke Cirebon. Atas kebijakan Sultan Banten, An-Nasr Abdul Kohar, agar tidak terjadi pertumpahan darah, maka dipecahlah Cirebon menjadi tiga bagian; Kasepuhan dipegang Pangeran Martawijaya yang kemudian bergelar Sultan Raja Syamsudin, Kanoman dipegang Pangeran Kertawijaya bergelar Sultan Moh.Badridin, dan Pangeran Wangsakerta diberi bagian Kacirebonan dengan gelar Panembahan Tohpati. Peristiwa ini terjadi di tahun 1667M. Sesuai kesepakatan, hanya Kasepuhan dan Kanoman yang memakai gelar Sultan.
Berikut adalah silsilah raja Keraton Kacirebon:                     
SILSILAH SULTAN KERATON KACIREBONAN

1.       Sultan Anom Raja Mandurareja Kanoman            ( 1808-1814)
2.       Pangeran Raja Hidayat Raja Madenda                   (1814t-1851
3.       Pangeran Raja DendaWijaya Raja Madenda          (1853-1914)
4.       Pangeran Partaningrat Raja Madenda                     (1914-1931)
5.       Pangeran Raharjadireja                                            (1931-1950)
6.       Pangeran Sidek Arjadiningrat                                  (1950-1959)
7.       Pangeran Harkat Nata Diningrat                              (1959-1968)
8.       Pangeran Moh Mulyono Amir Natadiningrat         (1968-1997)
9.       Pangeran Abdulgani Natadiningrat SE                   (1997-Sekarang)

Sejarah Kacirebonan


SEJARAH KERATON KACIREBONAN

            Keraton Kacirebonan terletak di Jalan Pulasaren No. 49 Cirebon. Keraton Kacirebonan walaupun secara fisik merupakan Keraton terkecil di Cirebon namun didalamnya terdapat berbagai khasanah budaya, yang dipimpin seorang sultan sebagai pemangku adat turun temurun. Latar belakang lahirnya Kecerbonan, sebelum menceritakan Kacirebonan berawal dari kehadiran penjajah di bumi Cirebon sejak tahun 1681 setelah mengadakan perjanjian Cirebon dan Kompeni. Belanda berhasil mengatur , memperlemah bahkan memperalat kedudukan kasultanan di Cirebon dalam rangka untuk mencapai tujuan untuk kepentingan-kepentingan Belanda ( compagnie ). Keraton merupakan posisi yang strategis dan merupakan simbol kekuasaan lokal tentunya sangat dipatuhi oleh rakyatnya. Keraton Kecirebonan dibangun tahun 1800, banyak menyimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti Keris Wayang, perlengkapan perang, hingga gamelan. Kraton Kacirebonan berada di wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan, tepatnya 1 Km sebelah barat daya dari Kraton kasepuhan dan kurang lebih 500 meter sebelah selatan Kraton Kanoman. Kraton Kacerbonan merupakan pemekaran dari Kraton Kanoman setelah Sultan Anom IV yakni PR Muhammad Khaerudin wafat, Putra Mahkota yang seharusnya menggantikan tahta diasingkan oleh Belanda ke Ambon karena dianggap sebagai pembangkang dan membrontak. Ketika kembali dari pengasingan tahta sudah diduduki oleh PR. Abu sholeh Imamuddin. Atas dasar kesepakatan keluarga, akhirnya PR Anom Madenda membangun Istana Kacerbonan, kemudian muncullah Sultan Carbon I sebagai Sultan Kacirebonan pertama. Kedudukan Cirebon yang berada pada bayang-bayang pengaruh Mataram. ketika Amangkurat I berkuasa dari tahun 1646 hingga 1677. Masa pemerintahan yang ditandai dengan banyaknya pergolakan agaknya menjadi faktor penting mengapa Cirebon semakin menjadi lemah. Pada zaman Amangkurat I, penguasa Cirebon Panembahan Ratu II, cucu Panembahan Ratu, atas permintaan Mataram berpindah ke Girilaya. Kepergiannya dari Keraton' Cirebonke daerah dekat ibukota Mataram ini disertai oleh kedua puteranya, yakni Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kertawijaya. Sebagai pengganti kedudukannya selaku Sultan Cirebon, ditunjuk puteranya yang paling bungsu, yaitu Pangeran Wangsakarta. Panembahan Ratu wafat pada tahun 1662 Masehi. Sebelum meninggal beliau membagi kerajaannya menjadi dua yang diwariskan kepada kedua puteranya itu. Pangeran Martawijaya diangkat sebagai Panembahan Sepuh yang berkuasa atas Kasepuhan. Sedangkan Kertawijaya ditunjuk sebagai Panembahan Anom yang berkuasa atas Kanoman. Sementara itu, Raja Amangkurat I yang kurang bijaksana menimbulkan kebencian di kalangan istana dan penguasa-penguasa daerah yang lain. Dengan didukung oleh seorang pangeran dari Madura bernama Tarunajaya, sang putera mahkota mengadakan pemberontakan. Sayangnya, usaha mereka menentang Amangkurat I tidak berhasil karena perpecahan antara keduanya. Raja Amangkurat I kemudian meninggal di Tegalwangi setelah melarikan diri dari ibukota Mataram. Dalam pertempuran tersebut, kedua pangeran dari Cirebon itu memihak pada pihak pemberontak. Kira-kira tahun 1678 Masehi, kedua bangsawan pewaris tahta Cirebonkembali ke tanah kelahirannya. Dengan demikian kini di Cirebon berkuasa tiga sultan, masing-masing Sultan Sepuh, Sultan Anom dan Sultan Cerbon. Sementara itu di Mataram sebagai akibat dari pemberontakan Tarunajaya, bertumpuklah hutang yang harus dibayarkan kepada pihak VOC-Belanda yang membantu Amangkurat I.  Pihak Mataram membayar hutangnya itu dengan cara melepaskan pelabuhan-pelabuhan potensial beserta penghasilan
yang amat menguntungkan itu kepada VOC. Akibatnya lebih lanjut adalah penghapusan gelar Sultan dari penguasa Cirebon pada tahun 1681 Masehi.
             Sebagai gantinya, raja-raja Cirebon kembali pada gelar Panembahan yang sesungguhnya lebih rendah dari Sultan. Pengganti Sultan Anom adalah putera bungsu. Sedangkan di Kasepuhan terjadi pembagian kekuasaan anatara Sultan Sepuh dan Sultan Cirebon. Ketika Pangeran Cirebon dibuang karena melawan Belanda, daerah kekuasaan nya diberikan kembali kepada Sultan Sepuh. Kemunduran Kesultanan Cirebon semakin meningkat sejak tahun 1773 Masehi. Setelah Panembahan terakhir wafat tanpa mewarisi keturunan, daerahnya kemudian menjadi terbagi-bagi dan dikuasai oleh para pangeran. Lama-lama kehadiran kompeni di bumi Cirebon dirasakan sangat tidak menguntungkan rakyat Cirebon bahkan menyengsarakan rakyat. Peralihan pemerintahan dari Kompeni ( VOC ) ke Hindia Belanda tidak jauh berbeda. Kebijakan tak popular penjajah seperti penindasan, perbudakan, pajak yang mencekik, pemerasan dan sebagainya membuat kebencian rakyat terhadap kaum pendatang dan kroni kroninya, akibatnya memunculkan pergolakan-pergolakan /penentangan rakyat bahkan pemberontakan bersenjata.

Sejarah Cirebon


Sejarah Cirebon

                          Sebelum mengenal keraton Kacirebonan kita ketahui dahulu sejarah kota Cirebon tersebut. Menurut Babad Carita tanah Cirebon, tersebutlah kerajaan besar di kawasan barat pulau Jawa PAKUAN PAJAJARAN yang Gemah Ripah Repeh Rapih Loh Jinawi Subur Makmur Aman Tentrem. Dengan Rajanya JAYA DEWATA bergelar SRI BADUGA MAHARAJA PRABU SILIWANGI Raja Agung Sakti Madraguna Dihormati, disanjung Puja rakyatnya dan disegani oleh lawan-lawannya. Raja Jaya Dewata menikah dengan Nyai Subang Larang dikarunia 2 (dua) orang putra dan seorang putri, Pangeran Walangsungsang yang lahir pertama tahun 1423 Masehi, kedua Nyai Lara Santang lahir tahun 1426 Masehi. Sedangkan Putra yang ketiga Raja Sengara lahir tahun 1428 Masehi. Pada tahun 1442 Masehi Pangeran Walangsungsang menikah dengan Nyai Endang Geulis Putri Ki Gedheng Danu Warsih dari Pertapaan Gunung Mara Api. Mereka singgah di beberapa petapaan antara lain petapaan Ciangkup di desa Panongan (Sedong), Petapaan Gunung Kumbang di daerah Tegal dan Petapaan Gunung Cangak di desa Mundu Mesigit, yang terakhir sampe ke Gunung Amparan Jati dan disanalah bertemu dengan Syekh Datuk Kahfi yang berasal dari kerajaan Parsi. Ia adalah seorang Guru Agama Islam yang luhur ilmu dan budi pekertinya. Pangeran Walangsungsang beserta adiknya Nyai Lara Santang dan istrinya Nyai Endang Geulis berguru Agama Islam kepada Syekh Nur Jati dan menetap bersama Ki Gedheng Danusela adik Ki Gedheng Danuwarsih. Oleh Syekh Nur Jati, Pangeran Walangsungsang diberi nama Somadullah dan diminta untuk membuka hutan di pinggir Pantai Sebelah Tenggara Gunung Jati (Lemahwungkuk sekarang). Maka sejak itu berdirilah Dukuh Tegal Alang-Alang yang kemudian diberi nama Desa Caruban (Campuran) yang semakin lama menjadi ramai dikunjungi dan dihuni oleh berbagai suku bangsa untuk berdagang, bertani dan mencari ikan di laut. Danusela (Ki Gedheng Alang-Alang) oleh masyarakat dipilih sebagai Kuwu yang pertama dan setelah meninggal pada tahun 1447 Masehi digantikan oleh Pangeran Walangsungsang sebagai Kuwu Carbon yang kedua bergelar Pangeran Cakrabuana
                 Pangeran Walangsungsang mendapat gelar Haji Abdullah Iman dan adiknya Nyai Lara Santang mendapat gelar Hajah Sarifah Mudaim, kemudian menikah dengan seorang Raja Mesir bernama Syarif Abullah. Dari hasil perkawinannya dikaruniai 2 (dua) orang putra, yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Sekembalinya dari Mekah, Pangeran Cakrabuana mendirikan Tajug dan Rumah Besar yang diberi nama Jelagrahan, yang kemudian dikembangkan menjadi Keraton Pakungwati (Keraton Kasepuhan sekarang) sebagai tempat kediaman bersama Putri Kinasih Nyai Pakungwati. Setelah Kakek Pangeran Cakrabuana Jumajan Jati Wafat, maka Keratuan di Singapura tidak dilanjutkan (Singapura terletak + 14 Km sebelah Utara Pesarean Sunan Gunung Jati) tetapi harta peninggalannya digunakan untuk bangunan Keraton Pakungwati dan juga membentuk prajurit dengan nama Dalem Agung Nyi Mas Pakungwati. Prabu Siliwangi melalui utusannya, Tumenggung Jagabaya dan Raja Sengara (adik Pangeran Walangsungsang), mengakat Pangeran Carkrabuana menjadi Tumenggung dengan Gelar Sri Mangana.

               Pada Tahun 1470 Masehi Syarif Hiyatullah setelah berguru di Mekah, datang ke Pulau Jawa, mula-mula tiba di Banten kemudian Jawa Timur dan mendapat kesempatan untuk bermusyawarah dengan para wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel. Musyawarah tersebut menghasilkan suatu lembaga yang bergerak dalam penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa dengan nama Wali Sanga. Sebagai anggota dari lembaga tersebut, Syarif Hidayatullah datang ke Carbon untuk menemui Uwaknya, Tumenggung Sri Mangana (Pangeran Walangsungsang) untuk mengajarkan Agama Islam di daerah Carbon dan sekitarnya, maka didirikanlah sebuah padepokan yang disebut pekikiran (di Gunung Sembung sekarang)

             Setelah Sunan Ampel wafat tahun 1478 Masehi, maka dalam musyawarah Wali Sanga di Tuban, Syarif Hidayatullah ditunjuk untuk menggantikan pimpinan Wali Sanga. Akhirnya pusat kegiatan Wali Sanga dipindahkan dari Tuban ke Gunung Sembung di Carbon yang kemudian disebut puser bumi sebagai pusat kegiatan keagamaan, sedangkan sebagai pusat pemerintahan Kesulatan Cirebon berkedudukan di Keraton Pakungwati dengan sebutan GERAGE. Pada Tahun 1479 Masehi, Syarif Hidayatullah yang lebih kondang dengan sebutan Pangeran Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Mas Pakungwati Putri Pangeran Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis. Sejak saat itu Pangeran Syarif Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Carbon I dan menetap di Keraton Pakungwati. Sebagaimana lazimnya yang selalu dilakukan oleh Pangeran Cakrabuana mengirim upeti ke Pakuan Pajajaran, maka pada tahun 1482 Masehi setelah Syarif Hidayatullah diangkat menajdi Sulatan Carbon membuat maklumat kepada Raja Pakuan Pajajaran PRABU SILIWANGI untuk tidak mengirim upeti lagi karena Kesultanan Cirebon sudah menjadi Negara yang Merdeka. Selain hal tersebut Pangeran Syarif Hidayatullah melalui lembaga Wali Sanga rela berulangkali memohon pada Raja Pajajaran untuk berkenan memeluk Agama Islam tetapi tidak berhasil. Itulah penyebab yang utama mengapa Pangeran Syarif Hidayatullah menyatakan Cirebon sebagai Negara Merdeka lepas dari kekuasaan Pakuan Pajajaran. Peristiwa merdekanya Cirebon keluar dari kekuasaan Pajajaran tersebut, dicatat dalam sejarah tanggal Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang Sakakala, bertepatan dengan 12 Shafar 887 Hijiriah atau 2 April 1482 Masehi yang sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Cirebon.



Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon

Hubungan Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan



Adanya tiga Keraton yang berada di Cirebon, membuat banyak orang bertanya-tanya apakah memiliki keterkaitan hubungan antara Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan?
Tentunya pasti ada hubungan diantara ketiganya, lalu bagaimana kisah keterkaitan diantaranya?


Ada beberapa kali peristiwa terpecahnya kekuasaan di Cirebon, entah itu karena konflik internal pada keraton sendiri maupun dikarenakan Belanda yang saat itu menguasai Cirebon dan memonopoli perdagangan.


Cirebon pertama kali didirikan oleh Syekh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati pada tahun 1490. Kemudian Cirebon hanya bertahan sampai generasi keenam Sultannya, sultan Cirebon terakhir adalah Panembahan Girilaya. Setelah Panembahan Gerilaya wafat terpecah menjadi dua, putra sulung Panembahan Girilaya namanya Pangeran Syamsuddin Mertawijaya mendirikan Keraton Kasepuhan. Letak keratonnya tidak jauh dari reruntuhan keraton Cirebon didalam Pakungwati. Adik dari sultan kesepuhan pertama bernama Pangeran Badridin Kertawijaya mendirikan Keraton Kanoman.  Pada sultan Kanoman ke IV terpecah lagi menjadi Kacirebonan.

Hal ini bermula dari Belanda masuk ke Cirebon dan ia mendominasi monopoli perdagangan di Cirebon. Rakyat Cirebon tidak terima dan akhirnya terjadilah perang terbuka. Belanda sempat berunding dengan Pangeran Surya Negara (putra mahkota sultan Kanoman IV). Perundingan terakhir berjalan buntu dan Pangeran Surya Negara enggan menandatangani perjanjian dengan Belanda. Hal ini membuat Belanda murka, dan langsung menangkap Pangeran Surya Negara dan diasingkan ke Batavia.

Singkat cerita, Daendles datang memiliki proyek besar yaitu pembuatan jalan Anyer-Pamanukan. Daendles memetakan daerah-daerah Jawa yang masih berkonflik karena menghambat laju pebangunan dan membuat situasi keamanan menjadi tidak kondusif. Salah satunya peperangan yang masih terjadi di Cirebon. Ia pun mencari tahu mengapa hal itu masih terjadi. Ternyata para rakyat Cirebon angkat senjata dikarenakan rasa empati dan simpati atas pengasingan dan pembuangan Pangeran Surya Negara. Mereka ingin Pangeran Surya Negara dipulangkan ke Cirebon.

Akhirnya pada tahun 1806, Pangeran Surya Negara dibebaskan dan dipulangkan ke Cirebon, kemudia desakan para keluarga dan pengikutnya menyuruh beliau agar mengambil hak sebagai Sultan Kanoman V. Tetapi Pangeran Surya Negara mengabaikan hal itu, karena sudah ada adiknya yang menjabat. Dua tahun berikutnya, Pangeran Surya Negara mendirikan kesultanan baru yang bernama Kacirebonan.

Nah begitulah cerita singkat mengenai keterkaitan hubungan antara Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan yang pada dasarnya masih dalam satu keluarga. Adalagi Kaprobonan namun Kaprobonan bukan keraton melainkan lembaga pendidikan. Tapi usianya lebih tua dibandingkan Kacirebonan. Untuk membedakan keraton atau bukan terlihat dari pusat pemerintahannya atau biasa disebut dengan Baluartinya.

Hampir semua pusat pemerintahan lama di Jawa, seperti di Jogjakarta, Surakarta, Cirebon, Demak, Jepara. Apa itu yang dimaksud dengan kedhaton (keraton)? Baluarti secara harfiah berarti bangunan-bangunan yang berada didalam tembok keraton. Atau biasa disebut dengan tataletak bangunan. Hampir semua keraton yang ditanah Jawa, Baluarti nya menghadap utara. Nanti didepan biasanya ada sebidang tanah lapang yang biasa disebut dengan alun-alun. Alun-alun sendiri jaman dahulu biasa digunakan untuk latihan peperangan, pengadilan umum,mobilisasi massa dan lain-lain. Masuk kedalam lagi nanti akan ada benteng dan satu akses pintu. Disebelah barat pendopo prabayaksa biasanya terdapat bangunan masjid yang disebutnya baluarti. Lengkapnya baluarti ini ada Kaputran dan Kaputren itu adalah tempat tinggal putra-putri Sultan ketika beranjak dewasa, jadi sudah dipisahkan agar mandiri. Juga ada Graha Pringgowati yang biasa digunakan untuk menyimpan hasil bumi.

Upacara Mudun Lemah, masih dilakukan dilingkungan Keraton(?)


Upacara Mudun Lemah Apakah masih dilakukan dilingkungan Keraton?

Selain tradisi upacara Panjang Jimat yang terkenal di Keraton Kacirebonan terdapat pula tradisi upacara Mudun Lemah yang  masih sangat-sangat dilestarikan dilingkungan keraton Kacirebonan. Dimana disana kita dapat melihat sebuah kurungan yang berada disamping kiri Prabayaksa. Didalam kurungan tersebut terdapat sebuah kursi dan tangga.

 "Lalu apa sih Upacara Mudun Lemah itu?"

Upacara mudun lemah sendiri adalah prosesi adat Cirebon yang dilakukan ketika anak berumur 7 bulan. Dimana upacara ini menggambarkan siklus kehidupan manusia, yaitu ketika anak pertama kali menginjakan kaki dibumi. Upacara ini menandakan masa awal orangtua dan keluarga melepas anaknya untuk berinteraksi dan mengenal dunia lebih dekat. Upacara ini juga punya makna kedekatan anak manusia kepada tanah airnya. Dengan menjalani kehidupan yang baik dan benar dibumi ini, maka kehidupan didunia ini akan terasa nyaman.

Upacara Mudun Lemah biasa berlangsung pada pagi atau siang hari di halaman rumah dan disaksikan oleh sesepuh, keluarga, tetangga, Kyai dan Juru Kidung. Kyai bertugas dalam memimpin doa dan Tolak Bala sementara Juru Kidung memulai upacaranya.

Sebelum seorang anak menjalani tradisi ini, ada beberapa hal yang perlu disiapkan oleh orangtua seperti kurungan ayam, anak tangga, tumpeng , ketan, dan lain- lain. Tidak lupa dengan  beberapa properti yang akan dipilih oleh sang anak nanti.

Dalam tradisi Mudun Lemah ada tahap-tahap yang harus dilalui oleh sang anak, seperti berikut ini: 

Tahap pertama, anak dituntun untuk berjalan maju dan menginjak ketan yang sudah disediakan. Hal ini Melambangkan agar sang anak dapat melewai berbagai rintangan dalam hidup ini. Selanjutnya sang anak akan dibimbing untuk menaiki tangga yang terbuat dari tebu wulung yang melambangkan agar sang anak dapat memperoleh kesuksesannya dimasa yang akan datang dengan setahap demi setahap.Turun dari tangga tebu sang anak akan dimasukkan kedalam sebuah kurungan yang sudah dihias dengan sangat indah. Makna dari dimasukannya sang anak kedalam kurungan itu adalah perlambang nak memasuki dunia nyata. Didalam kurungan terdapat berbagai benda yang nantinya akan dipilih oleh sang anak. Misal diletakan Al-Qur’an, uang, buku dan benda-benda bermanfaat lainnya agar nanti anak mengambil salah satunya dan benda yang ia ambil memiliki makna yang berbeda-beda. Selanjutnya kedua orangtuanya pun melakukan saweran , yaitu berupa uang logam yang dicapur dengan berbagai macam bunga. Dengan maksud si anak ketika dewasa dapat menjadi orang yang dermawan dan suka menolong orang lain. Lalu sang anak anak dimandikan dengan air siraman yang sudah dicampur bunga yang melambangkan agar sang anak  dapat mengharumkan nama baik keluarganya. Usai upacara sang anak dipakaikan pakaian yang bersih dan bagus yang melambangkan agar jalan kehidupannya baik.


Upacara Mudun Lemah ini sudah semakin jarang dilaksanakan oleh orang-orang diluar lingkungan keraton. Hanya mereka yang masih memegang tradisi yang sangat kuatlah yang dapat mempertahankannya. Sesaji pada Upacara Mudun Lemah ini sering dikatakan oleh orang awam sebagai  takhayul. Tapi balik lagi ke diri anda sendiri  apakah ingin melakukannya atau tidak. Namun walaupun begitu, nilai-nilai yang terkandung pada tradisi ini wajib ditanamkan oleh orangtua kepada sang anak. Agar sang anak dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi nusa, bangsa dan negara serta keluarganya. Serta menjadi generasi yang sukses di dunia maupun akhirat. Aamiin.



Keraton Kacirebonan Wisata Murah Meriah (?)

Wisata Murah cuman bayar Rp 10.000 ?

Buat kalian yang sedang berada di Cirebon jangan lupa untuk mampir ke Keraton Kacirebonan, tepatnya di Jl. Pulasaren, Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon. Tempatnya
 sangat strategis serta halaman parkirnya luas. Untuk biaya masuknya sendiri, kalian harus merogoh kocek sebesar Rp 10.000/orang. Tapi perlu diingat hanya biaya masuknya saja ya tidak termasuk tour guide!! Jika kalian butuh tour guide, ada tambahan biaya minimal Rp 20.000  ya guys.

"Emang keuntungan pake tour guide apa aja sih?"

Keuntungannya kalian dapat diberi penjelasan detail  mengenai sejarah keraton Kacirebonan berdiri dan dapat masuk ke ruangan yang disana terdapat benda-benda pusakanya lalu diberi informasi juga mengenai benda-benda tersebut namanya apa, jaman dahulu dipake apa dan sekarang masih digunakan atau tidak. Ya kurang lebih seperti itulah jika kalian memakai tour guide. Sangat disarankan pake tour guidenya yang bapak-bapak ya guys  jangan ibu-ibu karena saya pernah dua kali kesana dengan tour guide yang berbeda dan dari masalah sejarah dan segi penyampaian informasinya lebih enak yang dari bapak-bapak.

Setelah permasalahan biaya masuk serta tour guide, mari kita bahas keadaan di lingkungan keraton.
Saat memasuki keraton Kacirebonan kalian akan melewati alun-alunnya terlebih dahulu, lalu masuk ke pintu Lawang Kahagung dimana pintu tersebut sebagai pembatas antara kawasan keraton dengan alun-alunnya. Halaman keraton disana sangat-sangat terawat, cukup bersih hanya ada sampah dedaunan yang berjatuhan. Setelah kita memasuki pintu Lawang Kahagung nanti kita ke Pasebahan dulu untuk mengambil tiket lalu barulah masuk ke pintu selanjutnya yaitu Lawang Paduraksa. Tapi bukan lawang paduraksanya yg ditengah,dikarena kan lawang paduraksa hanya dibuka ketika ada acara keraton ataupun kunjungan dari para pejabat. Jadi kita masuk lewat anak pintu dari lawang paduraksa yang berada disebelah kiri. Sehabis memasuki pintu tersebut kalian akan melihat halaman kedua keraton yang sangat asri dan sejuk. Karena terdapat banyak tumbuh-tumbuhan dan pepohonan yang tertanam disana. Terdapat pula tempat duduk dan meja yang terbuat dari batu yang menambah kesan keindahan pada halamannya. Nyaman banget tempatnya, cocok banget buat kalian yang mau ke tempat wisata tapi gak suka yang terlalu ramai dan butuh ketenangan juga.

Kalau kalian bertanya, " Apakah banyak spot fotonya di Keraton Kacirebonan?"

Hmm, kalo kalian para  pencari spot foto yang keren-keren, lucu-lucu atau lainnya ketika sedang berwisata, jangan harap deh disana kalian bakal temuin spot foto yang banyak. Karena memang beda jauh dengan Keraton Kesepuhan yang memiliki banyak spot foto. Tapi kalau kalian para pencari ketenangan serta benar-benar mencari ilmu sejarahnya diwajibkan sekali kalian untuk mengunjungi tempat ini.

"Ada tempat untuk beli souvenir engga sih disana?"

Oh tentu saja ada ya, disana terdapat ruangan khusus untuk pembelian souvenir. Souvenirnya sendiri terdiri dari berbagai macam bentuk dan ragam, seperti gantungan kunci, blangkon, tas , baju, talenan, dompet kecil bermotif batik, bros, topi, tempat tisu dengan hiasan kerang, pajangan untuk dirumah serta alat mainan congklak yang sangat tradisional sekali bentuknya dan juga indah. Untuk harganya sendiri sangat bervariatif, tergantung jenis barang dan tingkat kesulitan yang dibuat. Contohnya saja pada tas wanita, harganya ada yang  Rp 300.000, Rp 500.000 dan lain-lain. Jadi buat kalian yang ingin membeli souvenir untuk dijadikan sebagai kenang-kenangan bahwa pernah datang ke Keraton Kacirebonan jangan lupa untuk membelinya ya.

Sanggar Tari yang Berada di belakang Keraton



Dibelakang gedung prabayaksa keraton terdapat sebuah halaman yang kanan-kirinya terdapat sebuah rumah yang merupakan tempat tinggal sultan yang saat ini sedang bertahta. Dan juga agak ke belakang halaman terdapat sebuah tempat yang biasa digunakan untuk  belajar menari anak-anak kecil. Halamannya sendiri biasa digunakan untuk latihan drama kolosal. Untuk daerah belakangnya lagi, terdapat gang menuju sanggar tari.  Yap! Di Keraton Kacirebonan ini terdapat gang yang bisa menembus ke sanggar tari yang jarang banget orang tahu. Disanggar tari ini terdapat banyak sekali alat musik, pakaian tari serta properti untuk menari yang dapat disewakan.

Sanggar tari yang berada dibelakang keraton Kacirebon ini sangat melestarikan budaya sekali. Karena dengan adanya sanggar tari tersebut, para generasi-generasi penari dimasa yang akan datang akan semakin banyak. Dapat dipastikan tarian-tarian Cirebon maupun tarian tradisional Indonesia tidak akan punah. Selain menari yang dilestarikan, drama kolosal pun juga ikut dilestarikan.

"Emang apa sih drama kolosal itu?"

Drama kolosal adalah drama yang dimainkan dengan sejumlah pemain yang banyak. Ukuran lot dalam hal ini tidak memiliki angka pasti. Tapi setidaknya, tidak seperti drama pada umumnya. Misalnya, untuk menggambarkan perang, drama kolosal menunjukkan jumlah pasukan dalam perang seperti dalam perang nyata, yang memerlukan pasukan yang banyak.

Dalam drama ini, jarang sekali ada tariannya bahkan tidak ada. Karena kebanyakan cerita yang diangkat adalah cerita rakyat seperti pendekar-pendekar jaman dahulu atau cerita rakyat lainnya dengan suasana jadul, cerita singkat tentang sejarah dan lain-lainnya. Untuk musik terutama sound effect di sini ada, gerakan (fisik, bicara dan lain-lain) tentunya pasti ada, perilaku dan sifat dari pemerannya pun ada.

Tapi drama kolosal yang berada disanggar tari ini sangat berbeda, dikarenakan menggunakan banyak sekali tarian dan alat musiknya menggunakan alat musik tradisional seperti Gamelan,gendang , gong dan lain-lain. Serta untuk lagunya sendiri biasanya terdapat sinden yang akan menyanyikan.

Pada tahun 2016 di Alun-Alun Keraton Kacirebonan sendiri diadakan drama kolosal yang berkisah tentang Nyi Mas Gandasari. Sekilas tentang cerita Nyi Mas Gandasari, Nyimas Gandasari dalam sejarah Cirebon dikenal sebagai murid sunan Gunung Jati yang rupawan, selain rupawan beliau juga dikisahkan mewarisi Ilmu Agama dari gurunya dan sangat kuat. Suatu ketika Nyimas Gandasari mengadakan sayembara dalam bentuk duel adu kesaktian untuk mencari Suami, tapi tak ada satupun yang mampu menandinginya. Namun pada akhirnya sehabis menyerang Syekh Magelung Sakti dan dengan hasil tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, maka merekapun dinikahkan oleh Sunan Gunung Jati.

Menurut legenda yang berkembang, Ganda Sari itu sebenarnya merupakan julukan, karena memang beliau ini dikisahkan sebagai seorang wanita yang bersih, dan suka sekali menggunakan wewangian, sehingga harum tubuhnya itu semerbak. Nyimas Gandasari selama hidupnya pernah menjadi Panglima Perang Kerajaan Cirebon, ia merupakan satu-satunya panglima perang wanita dalam sejarah berdirinya Kerajaan Cirebon, jasanya yang paling menonjol bagi kejayaan Cirebon adalah keberhasilanya membobol benteng pertahanan Kerajaan Sunda Galuh. Sehingga berkat jasanya itu Cirebon kemudian dapat menaklukan Galuh.  Nyimas Gandari dihadiahi wilayah kekuasaan yang sekarang dikenal dengan desa Panguragan itu setelah keberhasilannya menaklukan Galuh. Makam atau kuburan Nyimas Gandasari dapat ditemui di desa Panguragan Kabupaten  Cirebon.

Nah dengan adanya drama kolosal yang masih diletastarikan oleh pihak Keraton seperti ini, sangat menambah wawasan kita untuk tahu seluk-beluk sejarah para pahlawan yang sangat berjasa untuk Kota Cirebon ini.

Panjang Jimat Kacirebonan


Adat istiadat adalah himpunan kaidah-kaidah sosial yang sejak lama ada dan telah menjadi kebiasaan (tradisi) dalam masyarakat. Sebagai contoh, dalam masyarakat Jawa terdapat adat istiadat untuk melakukan upacara Selapanan ketika seorang bayi telah berumur 40 hari. Upacara ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Jawa sejak lama.

Umumnya, orang meyakini bahwa kaidah-kaidah sosial dalam adat istiadat merupakan kehendak nenek moyang atau makhluk yang mengatur kejadian-kejadian alam yang bersifat gaib dan sulit dimengerti oleh orang awam. Oleh karena itu, aturan-aturan yang ditetapkan adat harus dijalankan. Hal itu akan membuat warga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti penyakit dan bencana.

Keraton Kacirebonan sendiri memiliki adat istiadat untuk melakukan upacara tahunan seperti Syuraan, Muludan, Grebeg Syawal, Rajaban dan masih banyak lagi hal lainnya. Upacara yang paling terkenal diseluruh keraton Cirebon, baik itu keraton Kasepuhan, Kanoman, maupun Kacirebonan ialah Upacara Panjang Jimat. Di Kompleks makam Sunan Gunung Jati pun juga melakukan hal ini.
Panjang Jimat adalah sebuah ritual tradisional yang rutin dari turun-temurun, yang biasa dilaksanakan tiap malam 12 Rabiul Awal atau Maulid. Yakni bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tujuan utama dari upacara Panjang Jimat sendiri adalah untuk memperingati dan sekaligus mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad.

Kata panjang ditafsirkan secara harfiah, adalah bentuk piring dan perabotan dapur peninggalan sejarah yang diisi dengan makanan dengan dianalogikan dengan prosesi kelahiran nabi. Sedangkatan kata Jimat, merupakan akronim dari kata Diaji dan Dirumat yang berarti dipelajari dan diamalkan yakni ajaran-ajaran islam dengan menauladari Nabi Muhammad.

Acara di Keraton Kacirebonan biasa dimulai pukul 08.00 malam di pelataran Keraton Kacirebonan (Prabayaksa). Ditandai dengan doa-doa pembuka dan keluarnya keluarga Sultan dari dalam keraton. Kemudian terdapat sambutan-sambutan dan acara puncaknya adalah dikeluarkannya barang-barang peninggalan keraton dengan diiringin sholawat nabi.

Baris pertama biasanya para abdi dalam yang memegang payung khusus muludan yang pada awalnya dalam satu baris , ketika hampir sampai ujung prabayaksa akan berhenti dan membentuk dua barisan serta tetap berdiri untuk memayungi peninggalan sejarah keraton yang nanti akan lewat. Baris  kedua biasanya yang memegang nampan kembang jimat yang berisi bunga mawar dan melati. Lalu selanjutnya terdapat abdi dalam yang memegang lilin. Lilin ini melambangkan penerangan cahaya, karena kanjeng Nabi Muhammad SAW sangat menyukai perangan. Selanjutnya,  peninggalan keraton pun dikeluarkan. Iring-iringan ini barisannya berselang-seling antara pembawa lilin dan pembawa peninggalan keraton. Barang-barang tersebut nanti akan dibawa ke Musholla untuk didoakan. Akan dibawa kembali sekitar pukul 11.00 malam. Menurut penjelasan abdi dalam, semua barang peninggalan tersebut sebelumnya sudah dicuci dan dibersihkan pada siang harinya.

Setelah semua pusaka tersebut sudah keluar semua dari keraton, biasanya para tamu dan pengunjung yang melihat prosesi diarahkan untuk makan-makanan yang telah disediakan didalam keraton. Biasanya makanannya itu seperti Nasi Kuning yang kaya akan rempah. Dengan lauknya seperti Ayam kecap, dengdeng sapi,sambal goreng, ikan bumbu, perkedel kentang dan berbagai macam menu lainnya. Bahan baku yang dipakai untuk memberi makan tamu dan para pengunjung sendiri biasa didapat dari orang sekitar Kabupaten-Kota Cirebon yang memiliki hasil bumi (beras,kentang,ikan dll) datang sehari sebelunya atau saat pagi hari untuk membawa hasil bumi dan dipersembahkan untuk keraton. Semua hasil bumi yang diberi oleh masyarakat secara sukarela, mereka hanya mengharapkan didoakan kembali oleh orang-orang keraton dan mendapat air doa sebagai imbalan.

Pernikahan Agung di Keraton Kacirebonan


Pelakrama Ageng ( Pernikahan Agung)
Pernikahan agung biasa dilaksanakan dikeratin kacirebonan.. keraton kacirebonan adalah bagian dari pernikahan agung masyarakat adat yang ada di sekitar wilayah keraton kacirebonan.pada intinya kegitan penikahan agung yang dilakukan di keraton kacirebonan tidak jauh berbeda dengan yang ada di keraton kanoman dan keraton kasepuhan dengan menamahkan sedikit detail jawa kacirebonan didalamnya. Berikut kegiatan yang dilakukan dalam rangkaian pernikahan agung keraton kacirebonan :
1.Pinangan (melamar)
Pinangan pada umumnya dilakukan kurang dari seminggu sebelum pernikahan, calon mempelai pria membawa perlengkapan pakaian beserta perhiasan emas,peralatan dapur lengkap,sirih dan uang tunai untuk diserahkan kepada orang tua calon mempelai perempuan dengan disaksikan sesepuh. Apabila pinangna diterima maka calon mempelai pria akan menanyakan tanggal  dan pukul berapa calon mempelai pria akan dijemput oleh keluarga calon mempelai perempuan untuk melaksananakan pernikahan
2.Pasrahan ( Pemberian)
Acara pemberian dimulai dengan diterimanya mempelai pria dan rombongan yang membawa pasrahan berupa buah-buahan,umbi-umbian,sayur-sayuran dan alat rumah tangga. Oleh kerabat mempelai perempuan dengan menyerahkan mas kawin langsung kepada orang tua mempelai wanita .
3.Siram Tawandari
Siram tawandari dilakukan oleh kedua mempelai dirumah mempelai wanita dan dimaksudkan untuk melihat apakah para mempelai memiliki kekurangan atau tidak .Acara ini dimulai dengan dikirimnya dua orang dari mempelai wanita ke rumah mempelai pria untuk memberi tahu sekaligus menjemput agar terlibat dalam acara siram tawandari
4.Ziarah
Setelah melakukan siram tawandari maka kedua mempelai melakukan ziarah ke makam keluarga di komplek makam keluarga keraton kacirebonan di Gunung Jati.
5.Perasan (merias)
Pengantin dirias oleh juru rias,selama merias. Juru rias membaca surat al fatihah, syahadat, sholawat, istigfar dan sejenisnya. Calon mempelai wanita dirias dengan sederhana.
6.Akad Nikah
Pada saat melakukan akad nikah, mempelai pria didampingi oleh kedua orang tuanya. Jika dia membawa keris maka dia harus meletakan kerisnya kemudian duduk diatas tikar dan ditutupi oleh kain batik milik orantu mempelai perempuan. Ijab qobul pun dilakukan. Baru setelah ijab qobul selesai dilakukan mempelai wanita diperbolehkan memasuki ruagan ijab qobul untuk menandatangani surat nikah
7.Panggih (pertemuan)
Setelah akad nikah,kedua mempelai dipertemukan. Pada prosesi ini mempelai pria masih tetap melepas kerisnya.
8.Pug-pugan Tawur
Prosesi ini dilakukan dengan cara kedua mempelai jongkok dihadapan para sesepuh untuk menerima rumbia yang telah lapuk yang itaburkan sebagai simbol harapan bahwa penikahan keduanya akan bertahan lama hingga tua seperti tuanya rumbia yang ditaburkan apada kedua mempelai.
9.Sekul adep-adep
Setelah acara sekul adep-adep kedua mempelai makan berhadapan dengan lauknya berua sepasang burung merpati dengan harapan dapat membina rumah tangga dengan sukses. Lauk merpati juga disimbolkan sebagai pasangan yang hanya memiliki satu cinta.
10.Nasihat dan pemberian do’a
Acara pemeberian nasihat dilakukan oleh para sesepuh dan kemudian dilanjutkan oelh pemberian do’a oleh para hadirin.
11.Hiburan
Acara kemudian dilanjutkan dengan acara hiburan, pihak keraton kacirebonan biasanyamenampulkan tari-tari tradisional khas cirebon.
12.Unduh Mantu (Menerima menantu)
Setelah rangkaian acara ijab qobul seleai.tidak lama dilakukan acar unduh mantu sebagai tanda pindahnya kedua mempelai dari rumah mempelai wanita ke mempeai pria.
Rangkaian upacara keraton kacirebonan juga tidak jauh dari prosesi pernikahan
pada umumnya, yang membedakan hanyalah pada prosesi pelamaran dimana calon mempelai pria biasanya bebas melamar kapan saja.

Koleksi Peninggalan Keraton Kacirebonan


Koleksi didalam keraton kacirebonan
       Ada banyak peninggalan yang dapat dilihat di dalam keraton ini. Dari bagian luar terlihat sebuah pendopo yang cukup besar dengan dominasi warna putih,hijau dan emas. Perabotannya seperti meja dan kursi terbuat dari kayu yang hingga kini masih asli. Didindingnya terpajang foto-foto kesultanan cirebon dari mulai kesultanan satu hingga sekarang.
Didalam pendopo terdapat berbagai macam peninggalan yang tersimpan rapi dalam kaca. Seperti keris,pedang,koleksi naskah klasik, dan beberapa guci pemberian belanda,uang kuno,gamelan hingga koleksi baju pengantin. Keraton kacirebonan menyimpan benda-benda koleksi kuno dengan sejarah pedang, tombak sampai alat pembuat jamu atau param yang berbentuk batu masih tersimpan disalah satu ruangan di keraton.
    Keraton kacirebonan diyakini masih menyimpan dan merawat berbagai pusaka leluhur cirebon. Berupa senjata perelengakapan perang, payung kebesaran, dan keris koleksi sultan, kitab kuno dan naskah klasik serta surat-surat Gubernur jenderal Hindia Belanda pada masa kolonial.
Keraton kacirebonan juga menyimpan dan merawat berbagai karya seni seperti topeng cirebon, gamelan, dan koleksi wayang kulit kuno. Disini saya akan menjelaskan sedikit mengenai koleksi peninggalan keraton kacirebonan :
1. Gamelan ini dibunyikan untuk memanggil masyarakat petani istosqo (minta hujan) disaat kemarau supaya musim hujan segera tiba
2. Pedang kompeni dan jiwa pemberontakan Rakyat cirebbon
Pada masa hdupnya pangeran raja kanoman dimana pemerintah kolonial belanda dikenal sebagai tokoh pemberontakan rakyat cirebon . bersama penduduknya dari kalangan rayat,keluarga,ulama dan santri pondok pesantren. Beliau mengorbankan pemebrontakan di cirebon yang disebut perang santri (1803-1806). Beliau akhirnya ditangkap dan diasingkan ke ambon sebelum menjadi sultan dikacirebona pada tahun 1808. Sisa-sisa erlengkaan perang tersebut kini masih tersimpan digaleri pusaka keraton kacirebonan  seperti pedang,keris dan lain-lain yang oernah dugunakan beliau dan ara pengikiutnya dalam pemberontakan tersebut.
3. Kurungan untuk upacara adat mudun lemah
 Kurungan ini terbuat dari bambu bercat hijau muda digunakan dama ritual tedak sidi,mudun lemah atau turun ketanah untuk bayi yang telah berusia 7 bulan. Didalam kurungan ini ada kursi dari tangga kecil berundak.
4. Pedang william
Pedang ini merupakan cinderamata dari raja william yang dipersembahkan kepada sultan kacirebonan I sebagai kesultanan yang memiliki ikatan masa lalu dengan kerajaan pajajaran di keraton kacirebonan tersimpan senjata perang seperti pedang,keris dan tombak dari era pajajaran
5. Batu pipisan/Param
Batu pipisan adalah alat yang dupakai untuk menghaluskan ramuan obat pada masa lampau.
6. Naskah klasik
Naskah tersebut terdiri dari naskah kuno ,naskah belanda,tulisan jaw yang ditulis tangan serta kitab al qur’an
7. Guci kerami bertulisan ayat kursi
Bneda ini diperoleh pada jaman sebelum sultan abdul gani fungsi guci keramik ini digunakan sebagai tempat air saat prosesi muludan
8. Naskah perjanjian 7 Januari 1681
Naskah perjanjian ini bertujuan untuk mengakui ketiga raja di cirebon. Selain kasepuhan dan kanoman terdapat juga kesultanan kacirebonan dibawah pangeran arya cirebon, dan keprabonan (panembahan) dibawah pangeran wangsa kerta . sejak itu, perdagangan internasional melaui pelabuhan cirebon sudah berad ditangan voc. Isi didalamnya berbunyi : “ cirebon bukan lagi vasal Mataram melainkan sekutu dan teman dari susuhunan mataram cirebon menjadi wilayah protektorat VOC. VOC berhak memonopoi perdagangan, membeli lada,  kayu, gula, dan mengimpor opium, candu serta diizinkan membangun lotji dan benteng perlindungan di cirebon. Benteng cirebon adalah tempat tinggal seorang residen sebagai pejabat voc yang tugasnya perantara niaga menghubungkan voc dan penguasa cirebon.




Upacara Adat dan Tradisi Cirebon


Upacara Adat dan Tradisi Cirebon
Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun temurun yang berlaku didaerah. setiap daerah memiliki upacara adat sendiri. fungsinya agar dapat mengentalkan atau menjaga budaya daerah masing-masing .khususnya dikota cirebon, cirebon memiliki 3 keraton yaitu keraton kasepuhan, keraton kanoman ,dan keraton kacirebona.  biasanya keraton –keraton tersebut menggelar upacara adat sesuai daerah setempat. Disini saya akan menjelaskan upacara adat yang dilakukan keraton :
1. Syawalan
Setiap awal bulan syawal masyarakat wilayah cirebon umumnya berziarah ke makam sunan gunung jati disamping itu juga melakukan tahlilan
2 .Ganti Welit
Upacara yang dilaksanakan setiap tahun dimakam trusmi untuk mengganti atap makam keluarga ki buyut trusmi yang menggunakan welit (anyaman kelapa) upacara dilakukan oleh masyarakat rusmi. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 25 bula mulud.
3. Rajaban
Upacara dan ziarah ke makam pangeran panjunan dan pangeran kejaksan di pangon umumnya dihadiri oleh para kerbat darim keturunan kedua pangeran tersebut. Dilaksanakan pada setiap 27 rajab. Terletak diobyek wisata plangon kelurahan babbakan kecmaran sumber
4. Ganti sirap
Upacara yang dilaksanakan setiap 4 tahun ekali dimakam kramat ki buyut trusmi untuk mengganti atap makam yang menggunakan sirap. Biasanyadimeriahkan dengan pertunjukan wayang kulit dan terbang
5. Muludan/Panjang jimat
Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan mulud (maulid) dimakam sunan gunung jati yang kegiatannya membersihkan atau mencuci pusaka keraton yang dikenal dengan istilah panjang jimat kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8 s/d 12 mulud. Sedangkan pusat kegiatan dilaksanakan dikeraton. Perayaan maulid disesuaikan dengan adat setempat. Peringatan ini dikenal dengan panjang jimat. Rangkaian acara panjang jimat tidak hanya dihadiri oleh warga cirebon, tetapi juga daerah lain.
6. Salawean Trusmi
Salah satu kegiatan ziarah yang dilaksanakan dimakam ki buyut trusmi disamping ini juga dilaksanakan tahlilan, kegiatan ini dilaksanakan setap tanggal 25 bulan mulud
7. Nadran
Nadran atau pesta laut seperti umumnya dilaksanakan oleh nelayan dengan tujuan untuk keselamatan dan upacara terima kasih kepada sang pencipta yang telah memberikan rezeki. Dilaksanakan dihampir sepanjang pantai. Dengan waktu kegiatan bervariasi.
8. Khitanan
Prosesi ini merupakan sudah sunnah rosul yakni pada ajaran islam harus dikhitan. Lalu diberikan wejangan dari parza sepuh agar kedepan anak ini menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Tradisi
Tradisi merupakan warisan kebudayaan dari masa lalu yang diwariskan secara turun temurun. Tradisi berasal dari nenek moyang yang memiliki ciri khas masing-masing sesuai dengan kebudayaan setempat. Cirebon juga mempunyai banyak tradisi yang bisa memikat hati setiap tahunnya. Saya akan memberikan beberapa tradisi seperti ritual pencucian bunda pusaka, tarawehan, dan likuran.
 -Ritual Pencucian Benda pusaka
Pusaka-pusaka itu dicuci oleh abdi dalam keraton yang ahli membersihkan benda-bemnda yang diyakini berkekuatan magis itu.Satu persatu pusaka dikeluarkan  dari penyimpanannya. Kemudian dibasuh dengan air bersih yang ditaburi kembang tujuh rupa.
Selain itu, pusaka dibersihkan menggunakan jeruk nipis untuk menghilangkan karat. Setelah selesai benda pusaka akan diberi minyak wangi agar harum. Selama proses pencucian,petugas yang memebrsihkan harus khusyu. Ritual pencucian benda pusaka bertujuan agar benda-benda peninggalan leluhur itu tetap terjaga kondisinya.
Seusai ritual,ratusan warga berebut air bekas cucian itu.mereka percaya air bekas pencucian benda pusaka itu kermat dan membawa berkah untuk segala macam kebuthan, kesehatan dan keselamatan. Warga juga berebut mendapatkan air sekedar untuk membasuh wajah dan diminum ada juga yang membawanya pulang. Ritual pencucian ini dilakukan setiap tahun
-Tarawehan
Tarawehan biasanya dilakukan setiap bulan Ramadhan dan dilaksanakn juga tadarus setelah sholat taraweh
-Likuran
Likuran dilaksanakan di bulan ramadhan pada 10 hari terakhir. Likuran biasanya dilakukan oleh anak muda untuk membangunkan masyarakat  pada tengah malam dan mengucapkan cumel yang artinya sedekah.
               
               

-



Arsitektur Bangunan Keraton Kacirebonan


Arsitektur Bangunan Keraton Kacirebonan
Indonesia  dikenal memiliki banyak ragam budaya,suku,ras,dan keyakinan. Khususnya kota cirebon, cirebon mempunyai tiga keraton yaitu keraton kasepuhan, keraton kanoman, dan keraton kacirebonan. dikeraton masih banyak menyimpan banyak hal yang dapat kita lihat mengenai peninggalan-peninggalan pada masa lampau, khususnya bangunan. Bagaimana tidak,  Keraton kacirebonan memiliki arsitektur yang kental dengan warisan budaya cirebon yang sangat menakjubkan dan hal  tersebut bisa kita temukan disekitar dan dalam keraton sendiri. Kemudian terdapat beberapa bangunan yang berdiri di dalam komplek keraton kacirebonan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.Lawang kahagung
Lawang kahagung ini merupakan pintu gerbang pemisah keraton kacirebonan dengan aun-alun keraton kacirebonan.pintu ini memiliki arsitekur dengan batik mega mendung. Batik mega mendung ini merupakan batik khas cirebon.
2.Lawang paduraksa
Pintu ini merupakan pintu gerbang utama sebelum memasuki gedung utama keraton. Pintu ini hanya dibuka saat upacar akhusus atau ketika ada tamu khusus yaang berkunjung ke keraton sedangkan para pengunjung biasanya melewati kliningan yang terletak disisi kiri dan kanan keraton. Pintu ini juga memiliki makna sebagai bagian dari dua kalimat syahadat.
      Setelah wafatnya sultan kacirebonan I sultan carbon amiral mukminin pada tahun 1814,Raja Ratu Resmininguri yang merupakan permaisuri dari mendiang alamarhum sultan kacirebonan memiliki anak yang masih kecil yaitu pangeran raja madenda hidayat yang kelak menjadi sultan kacirebonan II dia memutuskan untuk membangun sebuah keraton kacirebonan dipulosaren dengan uang pensiunan yang selama ini ditolaknya. Pada masa awal pembangunan keraton kacirebonan ratu nraja pemresmingputri membuat bangunan induk, paseban dan tajug
3. Bangunan induk
Bangunan induk keraton sebagai tempat tingga sehari-hari sultan beserta keluarganya. Bangunan ini terdiri dari beberapa ruangan antara lain ruang tidur, ruang krja sultan,pecira, kamar jimat,prabayaksa, dapur dan teras (berfungsi sebagai ruang tunggu bila prajurit rendaha ingin menghadap sultan).
4.  paseban
Selain itu, dikompleks keraton kacirebonan ini terdapat paseban sebanyak dua buah ,yang mana paseban barat ini menghadap ke arah timur dengan 8 buah tiangsebagai penopang dan juga saka guru sebagai tiang utama sebanyak 4 buah. Selain itu bangunan paseban ini merupakan bangunan terbuka dengan atap genteng berebentuk joglo.
5. Tajug
Disebelah barat keraton,terdapat tajug atau mushola yang juga berada antara tajug dan paseban ini dipisahkan dengan tembo yang menghubungkan antara sisi barat tembok dan pintu penghubung. Selain itu terdapat pula gapura kori agung yang memiliki atap joglo yang mana juga sebagai salah satu inti agung utama.
6. prabayaksa
Gedong ini merupakan sebuah bangunan dengan tiga bagian yang ditempati keluarga sultan. Bangunan dengan bentuk persegi menghadap timur dengan ruang tengahnya yang dibiarkan kosong. Tempat ini juga digunakan untuk sultan bertemu dengan tamu  Tapi bangunan ini sekarang tidak ditempati lagi oleh keluarga sultan karena gedung ini hanya untuk dikunjungi yang hendak ingin ke keraton ini.
7. Pinangeran
Ruangan ini merupakan salah satu ruangan yang terdapat di area sebelah rungan pringgowatiyang mana memiliki fungsinya tersendiri sebgai salah satu ruamgan yang berupa tempat tinggal kerabat sultan dan juga sebagai slalah satu tempat yang berfumgsi sebagai penyimpanan alat-alat perayaan seperti muludan ,syawalan dan acara keagamaan lainnya.
8. Pringgowati
Pada masa sultan kacirebonan IV , pangeran madenda pratadiningrat membangun ruangan yang dinamakan sebagai pringgowati yang merupakan ruangan yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk beristirahat dan juga tempat menyimpan benda-benda bersejarah.
9. Kaputran dan Kaputren
Tempat ini merupakan tempat istirahat putra dan putri sultan di keraton kacirebonan.








Awal Berdirinya Keraton Kacirebonan


Awal Berdirinya Keraton Kacirebonan
Keraton kacirebonan merupakan keraton terakhir atau bisa dibilang juga termuda diantara dua keraton yang berada dicirebon yaitu keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman. Keraton  kacirebonan terletak dijalan pulasaren no.49 Cirebon. Keraton kacirebonan walaupun terlihat kecil namun didalamnya terdapat berbagai khasanah budaya, yang dipimpin seorang sultan sebagai pemangku adat turun temurun. Keraton ini berdiri pada tahun 1808 Masehi dan pendirinya oleh Pangeran Charbon Amirul Mukminin putra mahkota dari Sultan Kanoman IV yaitu Pangeran Khaerudin. Kacirebon ini merupakan pecahan/kelanjutan dari Kesultanan kanoman. Keraton ini terpecah karena pada tahun 1795 Belanda masuk ke Cirebon dan mendominasi monopoli perdagangan di Cirebon bahkan Belanda juga mendirikan loji tanpa izin penguasa tersebut karena itulah terjadi perang terbuka antara Cirebon dan Belanda. Perang dimulai pada tahun 1795-1818 Masehi.
                Perang ini terjadi beberapa jilid, perang jilid I tokoh perlawanannya Pangeran Surya Negara. Pada tahun 1796 Belanda belum bisa menguasai cirebon dan belanda pun melakukan jalan negoisasi/perdamaian. Perundingan ini berakhir dengan jalan buntu karena pangeran surya negara tidak mau menandatangani isi dari negoisasi karena inilah membuat belanda marah dan belanda pun langsung menangkap pangeran surya negara ke batavia dari batavia diasingkan lagi ke ambon setelah pengasingan perang cirebon jilid I selesai.
Pada tahun 1797, sultan kanoman IV wafat. Seharusnya yang menjadi Sultan Kanoman V yaitu pangeran surya negara karena ia diasingkan jadi dianggap tidak ada Belanda ikut campur dalam urusan putra mahkota yang dapat diajak kerjasama dengan belanda akhirnya dipilihlah pangeran imam abdul soleh.ketika pangeran imam abdul soleh dinobatkan sebagai sulta nkebijakan politik lebih pro ke belanda karena ini terpecahlan pengikut sultan yang menolak kebijakannya lari ke pinggiran cirebon dan mendirikan pesantren.
Pada tahun 1798,terjai perang jilid II yang juga disebut perang santri karena kalangan kyai dan santri ikut mengangkat senjata melawan belanda. Perang jilid ini didukung oleh kesultanan kasepuhan belanda pun kewalahan. Perang jilid II ini memakan banyak biaya dan banyak korban  belanda pun berpikir 2x untuk menyudahi peperangan ini. Ketika pada abad ke 18 perancis mengirimkan Herman William Daendels sebagai Gubernur Jendral di Indonesia terutama jawa,padang dan sumatra.
daendels mengirim surat kepada Residensi Cirebon  Thomas Dillbeck bagaimana caranya agar Pangeran Surya Negara dibebaskan dan dipulangkan ke cirebon maka agustus 1806 pangeran suryanegara dibebaskan dan dipulangkan kecirebon kemudian desakan para pinangeran, keluarga dan pengikutnya agar mengambil hak sebagai putra mahkota sultan kanoman ke IV  menjadi sultan kanoman ke V tetapi Sultan Surya Negara mengabaikan hal itu karena sudah ada adeknya yaitu Sultan Imam Abdul Soleh kemudian 2 tahun berikutnya Pangeran Surya Negara mendirikan satu kesultanan baru yang bernama kacirebonan dan beliau menjadi sultan kacirebonan pertama dari tahun 1808-1814 masehi dan berganti gelar menjadi pangeran Charbon Amirul mukminin. dan sejak tahun 1997 hingga sekarang kesultanan cirebon dipimpin oleh pangeran Abdhul ghani natadiningrat S.E. Keraton kacirebonan sudah ada 9 sultan yang berkuasa yaitu : 
1. Pangeran Charbon Amirul Mukminin                                                       (1808-1814)
2.  Pangeran Madenda Hidayat                                                                      (1814-1851)
3.  Pangeran Madenda Wijaya Kusuma                                                         (1853-1914)
4.  Pangeran Madenda Parta Diningrat                                                          (1914-1931)
5.  Pangeran Rahardja Dirdja                                                                         (1931-1950)
6 . Pangeran Sidik Arjadiningrat                                                                    (1950-1959)
7.  Pangeran Harkat Diningrat                                                                       (1959-1968)
8.  Pangeran Muhammad Amir Natadiningrat                                               (1968-1997)
9  .Pangeran AbdulGani Natadiningrat S.E                                                   (1997-sekarang)

Fyi : Pangeran AbdulGani Natadiningrat S.E pernah kuliah di Fakultas Ekonomi Perbanas
                               






















.