Hubungan Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan



Adanya tiga Keraton yang berada di Cirebon, membuat banyak orang bertanya-tanya apakah memiliki keterkaitan hubungan antara Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan?
Tentunya pasti ada hubungan diantara ketiganya, lalu bagaimana kisah keterkaitan diantaranya?


Ada beberapa kali peristiwa terpecahnya kekuasaan di Cirebon, entah itu karena konflik internal pada keraton sendiri maupun dikarenakan Belanda yang saat itu menguasai Cirebon dan memonopoli perdagangan.


Cirebon pertama kali didirikan oleh Syekh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati pada tahun 1490. Kemudian Cirebon hanya bertahan sampai generasi keenam Sultannya, sultan Cirebon terakhir adalah Panembahan Girilaya. Setelah Panembahan Gerilaya wafat terpecah menjadi dua, putra sulung Panembahan Girilaya namanya Pangeran Syamsuddin Mertawijaya mendirikan Keraton Kasepuhan. Letak keratonnya tidak jauh dari reruntuhan keraton Cirebon didalam Pakungwati. Adik dari sultan kesepuhan pertama bernama Pangeran Badridin Kertawijaya mendirikan Keraton Kanoman.  Pada sultan Kanoman ke IV terpecah lagi menjadi Kacirebonan.

Hal ini bermula dari Belanda masuk ke Cirebon dan ia mendominasi monopoli perdagangan di Cirebon. Rakyat Cirebon tidak terima dan akhirnya terjadilah perang terbuka. Belanda sempat berunding dengan Pangeran Surya Negara (putra mahkota sultan Kanoman IV). Perundingan terakhir berjalan buntu dan Pangeran Surya Negara enggan menandatangani perjanjian dengan Belanda. Hal ini membuat Belanda murka, dan langsung menangkap Pangeran Surya Negara dan diasingkan ke Batavia.

Singkat cerita, Daendles datang memiliki proyek besar yaitu pembuatan jalan Anyer-Pamanukan. Daendles memetakan daerah-daerah Jawa yang masih berkonflik karena menghambat laju pebangunan dan membuat situasi keamanan menjadi tidak kondusif. Salah satunya peperangan yang masih terjadi di Cirebon. Ia pun mencari tahu mengapa hal itu masih terjadi. Ternyata para rakyat Cirebon angkat senjata dikarenakan rasa empati dan simpati atas pengasingan dan pembuangan Pangeran Surya Negara. Mereka ingin Pangeran Surya Negara dipulangkan ke Cirebon.

Akhirnya pada tahun 1806, Pangeran Surya Negara dibebaskan dan dipulangkan ke Cirebon, kemudia desakan para keluarga dan pengikutnya menyuruh beliau agar mengambil hak sebagai Sultan Kanoman V. Tetapi Pangeran Surya Negara mengabaikan hal itu, karena sudah ada adiknya yang menjabat. Dua tahun berikutnya, Pangeran Surya Negara mendirikan kesultanan baru yang bernama Kacirebonan.

Nah begitulah cerita singkat mengenai keterkaitan hubungan antara Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan yang pada dasarnya masih dalam satu keluarga. Adalagi Kaprobonan namun Kaprobonan bukan keraton melainkan lembaga pendidikan. Tapi usianya lebih tua dibandingkan Kacirebonan. Untuk membedakan keraton atau bukan terlihat dari pusat pemerintahannya atau biasa disebut dengan Baluartinya.

Hampir semua pusat pemerintahan lama di Jawa, seperti di Jogjakarta, Surakarta, Cirebon, Demak, Jepara. Apa itu yang dimaksud dengan kedhaton (keraton)? Baluarti secara harfiah berarti bangunan-bangunan yang berada didalam tembok keraton. Atau biasa disebut dengan tataletak bangunan. Hampir semua keraton yang ditanah Jawa, Baluarti nya menghadap utara. Nanti didepan biasanya ada sebidang tanah lapang yang biasa disebut dengan alun-alun. Alun-alun sendiri jaman dahulu biasa digunakan untuk latihan peperangan, pengadilan umum,mobilisasi massa dan lain-lain. Masuk kedalam lagi nanti akan ada benteng dan satu akses pintu. Disebelah barat pendopo prabayaksa biasanya terdapat bangunan masjid yang disebutnya baluarti. Lengkapnya baluarti ini ada Kaputran dan Kaputren itu adalah tempat tinggal putra-putri Sultan ketika beranjak dewasa, jadi sudah dipisahkan agar mandiri. Juga ada Graha Pringgowati yang biasa digunakan untuk menyimpan hasil bumi.

0 Response to "Hubungan Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan"

Posting Komentar