Sejarah

        Sejarah berdirinya Keraton
Keraton paling akhir dibangun di Cirebon yang berdiri pada tahun 1808 Masehi. Pendirinya bernama Pangeran Charbon Amirul Mukminin. Beliau merupakan putra mahkota dari Sultan Kanoman IV yaitu Pangeran Khaeruddin. Kacirebonan ini merupakan pecahan/kelanjutan dari kesultanan kanoman. Mengapa bisa terpecah? Karena saat kepemimpinan Anom IV pada tahun 1795, Belanda masuk ke Cirebon dan ia mendominasi monopoli perdagangan di Cirebon. Bahkan Belanda tanpa izin mendirikan Loji ( benteng kecil untuk melindungi unit usaha mereka). Karena ini terjadilah perang terbuka antara Cirebon dan Belanda.
Perang terjadi pada tahun 1795-1818 M, terjadi beberapa jilid. Terakhir pada era Ki Bagus Rangin. Perang Cirebon jilid I tokoh perlawanannya Pangeran Surya Negara yang bergelar Pangeran Raja Kanoman karena beliau putra makhota Sultan Kanoman IV. Pada tahun 1796, Belanda belum bisa menguasai Cirebon dan Belanda pun melakukan jalan perdamaian mealui negosiasi. Tempat perundingan perdamaian  di Dinas Residen Cheribon daerah Krucuk yang sekarang sudah menjadi gedung negara. Perundingan berakhir dengan jalan buntu, karena Pangeran Surya Negara enggan menandatangani isi dari perundingan perdamaian. Penolakan ini membuat Belanda marah, dan Belanda pun langsung menangkap Pangeran Surya Negara untuk dibuang ke Batavia. Dari Batavia, Pangeran Surya Negara diasingkan lagi ke Ambon. Setelah pengasingannya ke Ambon, perang Cirebon jilid I selesai.
Kemudia tahun 1797, Sultan Kanoman IV wafat. Pengganti Sultan Kanoman IV seharusnya Pangeran Surya Negara, dikarenakan ia diasingkan jadi Pangeran Surya Negara tidak dianggap. Belanda ikut campur dalam memilih putra mahkota yang sekiranya dapat bekerja sama dengan Belanda. Akhirnya dipilihlah Pangeran Imam Abdul Sholeh.
Ketika beliau dinobatkan sebagai sultan, kebijakan politiknya lebih pro kepada Belanda. Akhirnya terpecahlah pengikut sultan ini, yang menolak kebijakannya lari ke pinggiran Cirebon dan umumnya mereka mendirikan pesantren.
Pada tahun 1799 , terjadilah perang Cirebon jilid II yang disebut dengan perang santri. Karena kalangan kyai dan santri mempelopori perlawanan rakyat Cirebon kepada Belanda. Didukung oleh kesultanan Kesepuhan yang ikut mengangkat senjata melawan Belanda. Belanda pun kewalahan melawan mereka. Perang jilid II selain memakan banyak biaya juga memakan banyak korban. Akhirnya Belanda berpikir 2 kali untuk menyudahi peperangan dengan Cirebon. Ketika pada abad ke-18 di Eropa, satu negara besar dan kuat akan mencaplok negara yang lemah. Perancis dibawah Napolin Ganoparto berhasil mencaplok Belanda, akhirnya ada kebijakan dimana daerah jajahan belanda di Hindia Timur (Indonesia) diserahkan pada Perancis terutama pada administrasi dan keuangan non militer. Perancis mengirimkan jendral yang bernama Herman William  Daendels sebagai gubernur jenderal di Indonesia terutama ditanah Jawa, Padang dan Sumatra.
Daendels memiliki proyek besar yaitu pembuatan jalan Anyer-Pamanukan. Daendels pun memetakan daerah-daerah jawa yang masih berkonflik karena menghambat laju pembangunan dan membuat situasi keamanan menjadi tidak kondusif. Salah satunya peperangan di Cirebon. Daendels juga melakukan penelitian terhadap peperangan Cirebon yang tidak kunjung selesai dan selalu angkat senjata. Setelah penelitian. bahwa dari kalangan ningrat,kyai,santri angkat senjata itu karna rasa empati dan simpati atas pengasingan dan pembuangan Pangeran Surya Negara ke Ambon. Maka Daendels mengirim surat kepada residensi Cirebon yaitu Thomas Dilbeck agar Pangeran Surya Negara dibebaskan dan dipulangkan ke Cirebon.
Pada Agustus tahun 1806, Pangeran Surya Negara dibebaskan dan dipulangkan ke Cirebon, kemudian desakan para pinangeran,keluarga dan pengikutnya menyuruh beliau agar mengambil hak sebagai putra mahkota Sultan Kanoman IV  menjadi Sultan Kanoman V. Tetapi Pangeran Surya Negara mengabaikan hal itu karena sudah ada adiknya yaitu Pangeran Imam Abdul Sholeh, kemudian 2 tahun berikutnya Pangeran Surya Negara mendirikan kesultanan baru yang bernama Kacirebonan dan beliau menjadi Sultan Kacirebonan pertama dari tahun 1808-1814 Masehi dan berganti gelar menjadi Pangeran Charbon Amirul Mukminin.

0 Response to "Sejarah"

Posting Komentar