TRADISI KERATON KACIREBONAN

MELESTARIKAN TRADISI KERATON KACIREBONAN
Berbicara tentang tradisi, tradisi itu tidak jauh dari kebiasaan suatu masyarakat. Tradisi Kerton Kacirebonan dan keraton - keraton lain yang ada di cirebon tidak jauh beda. Keraton Kacirbonan mempunyai banyak tradisi seperti, Syuraan, Syafaran, Muludan, Rajaban, Rowahan, Tarawehan, Likuran, Tadarusan, di bulan Ramadhan, Grebeg Syawal (Idul Fitri) dan Raya Agungan (Idul Adha), dan puncaknya adalah Upacara Adat Panjang Jimat yang dilakukan setiap 12 Rabiul Awwal yang biasa bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pada setiap acara pasti mempunyai tujuan yang baik dan juga latar belakang yang bertujuan untuk hal positif. Di dalam lingkungan Keraton Kacirebonan pastinya masih berpegang teguh untuk melestarikan tradisi- tradisi yang ada. Entah bagaimana masyarakat diluar keraton, apakah masih ingin melestarikan, atau bahkan sudah melupakan? Apabila tradisi bukan kita yang jaga lalu siapa lagi? Bukankah kita sebagai generasi penerus bangsa yang seharusnya melestarikan, dan tetap mempertahankan kebudayaan agar tidak punah. Dengan cara apa? Setidaknya kita tahu apa dan bagaimana tradisi tersebut, atau ikut berpartisipasi. Dan sudah disinggung di atas bahwa ada tradisi yang menjadi puncak semua tradisi – tradisi di Keraton Kacirebonan yaitu Upacara Adat Panjang Jimat, sedikit mengetahui tentang Upacara Adat Panjang Jimat ini biasanya dijadikan sebagai ajang ngalap berkah bagi masyarakat cirebon juga sekitarnya. Menjelaskan sedikit tentang apa itu tradisi Upacara Adat Panjang Jimat? Panjang memiliki arti sederetan iring – iringan berbagai benda pusaka dalam presesi itu atau juga memiliki arti terus menerus diadakan yakni satu kali setahun, dan Jimat memiliki maksud yaitu memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW atau juga ada yang memaknai nya sebagai “siji kang dirumat”atau satu yang dihormati yaitu kalimat La Illa Ha Illalah, bahkan masih banyak pengertian yang dipercayai atau beredar dimasyarakat, bisa disimpulkan bahwa Upacara Adat Panjang Jimat ini memiliki makna yaitu sebagai hari ubtuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kata Panjang Jimat diambil dari sebuah piring besar yang terbuat dari Sanghyang Bango ketika masa pengembangan R.Walangsungsang saat beliau berkelana mencari agama yang disebut agama Islam. Panjang Jimat yang dilakukan Keraton Kacirebonan ini biasa dilaksanakan para petugas dan ahli agama di lingkungan dan kerabat Kesultanan akan mengarak tujuh piring kuno berisikan makanan dan keratin menuju Langgar Alit Keraton Kacirebonan yang dibawa oleh kaum Sentana, Kemantren, Kerabat Keraton dan juga warga. Sultan Kacirebonan, mengatakan ketujuh piring itu merupakan lambang jumlah hari dalam satu minggu yang berisi berbagai makanan diatasnya bertujuan supaya setiap harinya masyarakat cirebon atau sekitarnya mendapatkan berkah berupa tidak kekurangan suatu apapun seperti makanan atau sejahtera. Tradisi ini sampai sekarang masih lestari dengan bukti masih banyaknya minat masyarakat untuk menghadiri tradisi Upacara Adat Panjang Jimat tersebut. Hal tersebut menandakan, bahwa masyarakat masih peduli pada tradisinya, bahkan masyarakat sekitar Cirebon pun banyak yang mengikuti atau turut ikut serta merayakan acara - acara upacara adat yang biasa diadakan di keraton - keraton yang berada di Cirebon ini. Namun ada bebrapa hal negatif seperti kurangnya sarana juga pra-sarana nya atau pun masyarakat masih minim kesadaran tentang kebersihan sekitar tempat acara - acara. Biasanya setelah acara dilaksanakan terdapat banyak sampah yang mengotori pemandangan. Seharusnya apabila kita bisa melestarikan tradisi kebudayaan kita juga harus bisa melestarikan tradisi kebersihan. Jika semuanya menjaga kebudayaan juga kebersihan dengan berkesinambungan maka dua hal tersebut maka akan tertaja kelestarian kebudayaan juga meningkatkan budaya kebersihan.

0 Response to "TRADISI KERATON KACIREBONAN"

Posting Komentar